October, 2009
Malam yang dingin di bulan Oktober. Tapi persetan dengan udara, cuaca sama sekali tak mempengaruhi tim Astronomi Zoldyck. Di atap gedung lantai dua belas mereka duduk tenang di depan teropong masing-masing, mata-mata mereka lekat memperhatikan objek yang terlihat dibalik kaca-kaca ajaib itu dengan penuh konsentrasi.
Sekali lagi aku merekatkan jaket karena kedinginan. Demi Tuhan aku benar-benar gila telah mengiyakan ajakan Leon yang memaksaku bergabung ke dalam klub Astronomi ini.
"Hei anak baru! Mau sampai kapan berdiri mematung disitu?"
Aku menoleh, tak jauh disana Leon berjalan kearahku. Sialan, gerutuku. Leon malah cekikikan.
"Kamu belum terbiasa dengan suasananya saja, Dann"
"Kau gila, aku bisa mati membeku disini" bisikku tepat ditelinganya.
Leon tertawa terpingkal. "Kelak kamu akan tergila-gila pada Astronomi, Danny Hood" pungkas Leon.
"Semuanya, aku meminta waktu kalian sebentar. Aku akan mengenalkan seseorang, anggota baru kita" Kata Leon.
Tak lama semua anggota yang sedari tadi asyik bermain dengan benda benda aneh itu mengelilingi aku dan Leon.
"Anggota baru?" ujar Laki-laki berambut pirang sinis menatapku.
"Benar, Draco. Ini anggota baru kita, sahabat baikku. Danny Hood" kata Leon memperkenalkan aku.
"Oh hai, saya Danny. Mahasiswa Bunharg University" kataku kikuk.
Suasana hening sedetik kemudian berubah menjadi riuh. Lima orang yang berada disini bertepuk tangan.
"Dann, perkenalkan ini Ron Crux, lalu Zudy Aries, Lukas Draco, Peter Lepus, Miller Pictor, dan aku sendiri Leon Leo" Leon menerangkan.
Aku menatap Leon heran. Leon Leo katanya? Jelas-jelas namanya Leon Fleur.
Seolah mendengar pikiranku, Leon menimpali, "Disini masing-masing anggota memiliki nama khusus, Dann. Panggilan di klub, kami menggunakan nama rasi bintang."
Aku diam karena tidak mengerti.
"Kita harus memanggilnya apa?" tanya laki-laki kecil bernama Ron Crux.
Leon memandangiku kemudian mengusap-ngusap dagunya. "Hmm.. Bagaimana jika Orion? Ya benar, anggota baru kita, Danny Orion"
"Pilihan yang bagus" kata Peter Lepus.
Aku memelototi Leon. Orion katanya?
"Yah, bagus sekali. Orion, selamat bergabung dalam Zoldyck" kata Miller Pictor menyalamiku.
"Artinya sang pemburu. Keren bukan?" bisik Leon ditelingaku.
Disisi lain, Zudy Aries memanggilku. Ia menjelaskan sedikit tentang benda-benda yang mereka gunakan untuk melihat bintang. Dia mempersilahkanku untuk pertama kalinya melihat langit menggunakan teropong bintang.
Perlahan mataku mendekat pada permukaan kaca teropong. Napasku tertahan melihat taburan bintang diatas sana. Luar biasa indah. Diantara mereka, ada satu yang paling bersinar. Aku memperhatikannya lekat dibalik kaca teropong ini.
"Itu Jupiter. Malam ini ia berada di posisi terdekat dengan bumi sehingga tampak lebih terang. Yang bertaburan didekatnya itu satelit Galilean" jelas seseorang, sepertinya kata-katanya ditujukkan kepadaku.
Aku mengalihkan pandangan ke sumber suara itu. Gadis dengan tinggi berkisar 160cm berdiri di sebelahku. Ia menggunakan mantal tebal dan syal merah. Rambutnya hitam panjang, matanya cerah berwarna biru. Kulit wajahnya sedikit pucat.
"Aku Rose" kata gadis itu.
"Oh hai, aku Danny"
"Selamat bergabung" katanya.
Aku tersenyum.
"Hai, Carina, kapan kamu datang?" sapa Leon.
"Baru saja" jawab Rose.
Aku masih memperhatikan gadis itu karena sebelumnya Leon tidak pernah memberitahuku jika klub ini memiliki satu anggota perempuan.
Saat mata kami tidak sengaja berpapasan aku buru-buru mengalihkan pandangan.
…
December, 2009
Crux muncul di ujung tangga sembari menunjukkan jaket kulit bulu berwarna cokelat yang baru dibelinya. Edisi terbatas katanya, tidak heran ia sangat antusias membahasnya.
"Ini lebih mirip jaket Mancy, nenekku" kata si rambut pirang, Draco.
"Kau tidak paham fashion jaman sekarang, Draco"
"Aku berani bertaruh, jaket Mancy jauh lebih baik," Draco berkomentar lagi.
"Ibuku bisa membuat yang jauh lebih keren dari itu" timpal Leo membuat Draco tertawa terpingkal.
Crux menggerutu kemudian mendekatiku.
Aku yang ikut tertawa mendadak diam ketika Crux Menatapku.
"Tentu saja keren. Ini luar biasa" komentarku.
"Kau memang sahabat baikku, kawan." Crux nyengir. "Tidak seperti mereka" sambung Crux sembari menatap sinis pada Draco dan Leo yang masih tertawa terpingkal.
"Mereka hanya bergurau" kataku.
Crux kembali pada teleskopnya. "Kamu sudah mulai mencintai Astronomi, Orion?"
Aku menggeleng, "Entahlah, tidak begitu yakin"
"Hei. Sebentar lagi kamu akan tergila-gila, malam ini akan ada hujan meteor, Orion!"
"Aku tahu, Ron. Semua orang disini membicarakannya"
"Crux, Orion! Sudah berapa kali aku-"
"Baiklah, maksudku Crux" ralatku.
"Kamu akan jatuh cinta dengan Astronomi setelah melihat hujan itu, aku jamin"
"Oh ya? Bagaimana kalau tidak?"
"Aku akan menjodohkanmu dengan Carina" kata Crux sembari menatapku.
Aku tertawa.
"Kenapa? Bukankah kalian berdua cocok? Lagipula, kalau nantinya kamu mencintai Astronomi, kamu pasti juga akan mencintai Carina"
"Hentikan gurauanmu, Crux" kataku.
Di ujung sana, Rose baru saja datang. Wajahnya pucat seperti biasa, aku heran apakah setiap hari Rose memang selalu pucat atau bagaimana.
Sudah hampir dua bulan aku bergabung di klub dan aku lumayan menyukainya. Maksudku, ia bukan tipe gadis yang membosankan, walau yaa tidak begitu menyenangkan juga. Ia tidak banyak bicara juga tidak banyak tertawa. Tapi diantara semua anggota, aku pikir Rose yang paling hebat dalam Astronomi.
Aku berlalu meninggalkan Crux yang telah fokus pada teleskopnya.
"Kau baik-baik saja?" aku bertanya pada Rose.
Dia mengangguk. "Luar biasa baik. Hujan meteor terbaik tahun ini akan segera di mulai"
"Kalian begitu antusias" kataku tertawa kecil.
Rose menatapku, "Apa kamu tidak antusias, Orion?"
"Aku antusias, tapi mungkin kadar antusiasku di bawah rata-rata kalian"
Rose tertawa. Aku juga mengikuti tawanya.
"Kamu tahu kenapa kami begitu antusias? Soalnya meteor yang tampak dari rasi Gemini ini berasal dari sisa pecahan obyek yang dikenal sebagai 3200 Phaethon , yang dulunya diperkirakan merupakan asteroid. Sekarang, Phaethon sudah menjadi komet yang punah. Jadi sebenarnya, Phaeton ini hanyalah kerangka batuan dari komet itu dan sudah kehilangan es setelah berkali-kali melintas Matahari dari dekat.–"
"Nah, Bumi yang melintas dalam aliran puing-puing 3200 Phaethon setiap tahun pada pertengahan Desember akan menyebabkan puing-puing itu terbang dari rasi Gemini. Tepatnya di dekat bintang terang Castor dan Pollux. Dan meteor yang jatuh kecepatannya sampai 160 perjam." Aku meneruskan keterangan Rose. "Pictor sudah mengatakannya berulang kali, Car.”
Rose tertawa lagi. "Baiklah, bagus kalau begitu" ucapnya.
Aku tertawa. Kali ini kami berkonsentrasi dengan teleskop masing-masing.
Berjam-jam berada disini artinya mengikhlaskan tubuhku ditikam oleh dinginnya udara malam bulan Desember. "Sampai berapa lama kita menunggu disini, Rose? Eh maksudku Carina"
"Sampai tengah malam, Orion."
Masih tersisa satu jam lagi. Sekali lagi aku menggosok-gosokkan lengan pelan. Rose tersenyum geli disampingku.
"Bersabarlah. Akan sayang sekali melewatkan hujan meteor terbaik akhir tahun ini" kata Rose.
Aku mengangguk berusaha tersenyum.
Disisi lain, Lepus kembali dengan membawa beberapa minuman hangat dinampan.Ia membagikan satu cangkir pada setiap anggota.
"Ini untukmu, Sobat" kata Lepus ketika giliranku.
"Terimakasih" ucapku senang.
"Dan ini untukmu, Car" kata Lepus pada Rose.
"Terimakasih banyak, Lepus" kata Rose.
"Dengan senang hati, Carina. Kau tahu, aku tidak sabar menantikan langit tengah malam ini" kata Lepus.
Rose tersenyum, "Begitupula aku, Lepus"
Lepus tersenyum meninggalkan kami dengan semangat menuju teleskopnya.
"Aku heran kenapa kalian memanggil satu sama lain menggunakan nama-nama aneh itu"
Rose menoleh padaku. "Sudah kesepakatan sejak awal terbentuknya klub ini."
Aku terdiam.
"Nama-nama kami memiliki arti, Orion" kata Rose kemudian.
Orion sering di sebut-sebut sebagai sang pemburu. Rasi yang paling terkenal dan mudah dikenali di angkasa. Orion sangat bermanfaat dalam menentukan letak bintang-bintang lain. Dulu sekali, pelaut Austronesia menggunakan Orion sebagai pembantu petunjuk garis khayal barat-timur.
Ron memilih Crux sebagai namanya yang berarti salib selatan. Crux sendiri merupakan rasi bintang terkecil diantara 88 rasi bintang modern, tetapi juga salah satu yang paling dikenal. Diantara semua anggota, Ron memang memilikki badan yang paling kecil.
Aries dipilih Zudy karena merupakan rasi zodiaknya.
Lucas memilih Draco yang bahasa latinnya berarti Naga. Draco juga merupakan salah satu rasi bintang yang paling lama diketahui. Dianggap selalu ada karena rasi bintangnya tidak pernah terbenam. Diantara anggota lainnya, Lucas Draco terlihat paling dingin dan kurang bersahabat, tapi sebenarnya ia manusia yang hangat.
Peter Lepus. Rasi bintangnya terletak sedikit di selatan ekuator langit, tepat setelah Orion. Lepus juga bisa diartikan sebagai Kelinci. Peter Lepus sangat lembut, berbeda dengan angggota yang lain.
Miller Pictor yang merupakan konstelasi di langit Selatan Belahan Bumi. Pictor sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti pelukis. Ia memilihnya karena sesuai dengan latar belakangnya yang merupakan seorang seniman.
Sedangkan Leon memilih Leo bukan karena memiliki kemiripan nama. Namun terlebih ia menyukai cerita dibalik nama rasi bintang ini. Leo dikenal dengan julukan Sang Singa, Raja Langit.
"Lalu kamu? Kenapa kamu memilih Carina?"
Rose terdiam, hingga untuk beberapa saat sunyi menyergap diantara kami.
"Karena aku berasal dari sana" ucapnya sambil menatap langit dengan pandangan menerawang.
Ketika itulah aku tidak melihat percik sinar cerah di mata Rose. Apa maksudnya 'berasal dari sana?'
Aku terdiam, menyesapi keadaan. Bagiku, hujan meteor yang akan jatuh tengah malam ini tidak lagi menarik. Ada Rose dan sejumlah misteri di belakangnya yang jauh lebih menggelitik hatiku.